This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 22 Januari 2018

PROPOSAL ALAT REBANA

Nomor :
Lampiran :
Perihal : Permohonan Pengadaan Alat Hadroh


Kepada,
Bapak/Ibu/Sdr/i
Di Tempat


Assalamu’alaikumWr. Wb.
Puji serta syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan kita bermacam-macam nikmat, terutama nikmat iman, islam serta sehat wal’afiat, sehingga kita dapat menjalankan aktivitas sehari-hari. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabatnya, keluarganya dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Dalam rangka untuk menambah keimanan kepada Allah SWT dan rasa cinta terhadap Rosullah Muhammad SAW, kami segenap pengurus remaja masjid IRMA Nurul Ikhwan mengajukan permohonan dana dalam rangka memenuhi sarana dan perasarana untuk kegiatan kami dalam upaya pengembangan dakwah ukhuwah Islamiyah. Adapaun yang kami maksud adalah pengadaan peralatan hadroh IRMA Nurul Ikhwan
Bersama ini pula kami sertakan lampiran-lampiran dan data pendukung sebagai bahan pertimbangan.
Demikianlah surat ini kami sampaikan, kami sangat mengharapkan bantuan dana dari
Bapak/Ibu/Sdra/i. Atas perhatian dan partisipasinya kami ucapkan terima kasih.
Jazakumullah Khairon Katsiron

Wassalamu’alaikumWr. Wb.

        Mengetahui,
 Ketua Karang Taruna                                                                                 Sekertaris








BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Semoga limpahan rahmat dan hidayah Allah SWT. Selalu terlimpah kepada kita dan semoga sholawat dan salam tetap tercurah kepada junjungan kita Rasulullah SAW, Amin.
Dewasa ini sejalan dengan perkembangan jaman banyak sekali bermunculan lagu-lagu yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islami. Dari orang dewasa bahkan sampai anak kecil sudah sangat hafal menyanyikan lagu yang syair dan liriknya jauh dari syair Islami.
Idola kita sebenarnya sebagai kaum muslim yaitu Rosulullah Muhammad SAW. Allah SWT dalam Al-Qu’ran surat Al-Ahzab ayat 56 berfirman :
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatnya-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai
orang-orang yang beriman, bersholawatlah kalaian untuk Nabi dan ucapkanlah salam
penghormatan kepadanya.”(Al-Ahzab:56)
Mengingat akan pentingnya akan bersholawat kepada Rasulullah Muhammad SAW. Kami dalam Ikatan Ramaja Masjid Nurul Ikhwan membentuk suatu group hadroh yang kami beri nama “El-Ikhwan”.
Group hadroh adalah salah satu sarana untuk merealisasikan upaya untuk membangkitkan rasa kecintaan kepada Allah SWT dan Rasulullah Muhammad SAW dengan membangkitkan kembaliu musik-musik bernafaskan Islami. Baik sholawat maupun syair-syair yang lebih mengenalkan kita kepada Rasululloh dan perjuangan beliau.
Selain itu group hadroh yang merupakan kesenian Islami akan menjadi salah satu kegiatan dari IRMA Nurul Ikhwan dalam memerankan fungsinya sebagai generasi penerus bangsa yang membnagun ukhuwah Islamiyah dengan mengetengahkan konsep cinta dan kasih sayang sesama manusia khususnya cinta kepada Rasulullah SAW.









B.       STRUKTUR ORGANISASI
Ketua :
Wakil Ketua :
Sekretaris :
Bendahara :

C.      Maksud dan Tujuan
Maksud pengadaan alat hadroh ini adalah untuk sarana kegiatan Remaja Masjid Nurul Ikhwan yang bersifat kesenian Islami yang dapat menambah rasa cinta kepada Allah SWT dan Rasululloh SAW. Sehingga mewujudkan generasi pemuda yang berkarakter Islami.
Adapun tujuan diadakannya pengadaan alat hadroh ini adalah:
1.        Menambah rasa kecintaan kepada Allah SWT dan Rasulullah Muhammad SAW.
2.        Sebagai sarana kegiatan Remaja Nurul Ikhwan dalam bidang kesenian yang bernafaskan Islam.
3.        Sebagai sarana mendakwahkan nilai-nilai agama Islam.
4.        Mempererat jalinan ukhuwah Islamiyah antar warga masyarakat.
5.        Alat Musik Hadroh sebagai pengiring sholawat juga sebagai daya tarik untuk para jamaah agar lebih semangat dalam menghadiri kegiatan-kegiatan yang diadakan khususnya di lingkungan warga masyarkat desa Tritunggal.

D.      Visi
v Menjadikan pemuda desa Tritunggal sebagai Percontohan seni Qosidah dan Miniatur Masyarakat Islam Pecinta Seni di Kec. Rembang”
v Menumbuhkan kembali tradisi dan budaya leluhur

E.       Misi
v Mengenalkan seni Islami kepada masyarakat.
v Menciptakan wadah yang menyenangkan.
v ”Tegakkan dan tunjukkan jati diri pemuda desa Tritunggal dengan Lantunan Sholawat dan seni Qosidah”

F.       Motto
 ”Bergeraklah, Karena Pada Setiap Gerakan Ada Barokah”

BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN

A.      Nama Kegiatan
Nama kegiatan yang yang tertuang dalam proposal ini adalah pengadaan peralatan hadroh Remaja Karang Taruna desa Tritunggal
B.       Peralatan yang dibutuhkan
Alat-alat hadroh yang dibutuhkan dalam kegiatan pengadaan alat hadroh Remaja Karang Taruna desa Tritunggal adalah sebagai berikut :
Speksifikasi & Keterangan :




























BAB VI
PENUTUP
Demikian proposal ini dibuat, besar harapan kami kiranya bapak bersedia membantu demi lancarnya dan suksesnya program yang telah diprogramkan.
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua dan semoga apa yang kita kerjakan bernilai ibadah di sisi-Nya, Amin.
Atas bantuan dan kerjasamanya, kami ucapkan banyak terima kasih.

Rembang,  Januari 2018



Selasa, 06 Juni 2017

NILAI FILOSOFIS PERAYAAN MITONI DI DESA PRAWOTO KECAMATAN SUKOLILO KABUPATEN PATI JAWA TENGAH


NILAI FILOSOFIS PERAYAAN MITONI DI DESA PRAWOTO KECAMATAN SUKOLILO KABUPATEN PATI JAWA TENGAH
Ainul Abdul Na’im (1530110007)
STAIN KUDUS Jawa Tengah Indonesia

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan rangkaian pelaksanaan upacara mitoni, mendeskripsikan makna simbolik berkat atau uba rampe upacara mitoni, nilai filosofi yang terkandung dalam upacara mitoni, dan fungsi upacara mitoni di Desa Prawoto, Kecamatan Sulolilo, Kabupaten Pati. Tradisi upacara mitoni merupakan salah satu bentuk peninggalan kebudayaan nenek moyang dalam rangka untuk memberikan selamatan saat kandungan seorang calon ibu berusia tujuh bulan. Tradisi ini diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya yang sampai saat ini masih dilaksanakan oleh masyarakat pendukungnya. Penelitian yang di lakukan di Desa Prawoto, Kecamatan Sulolilo, Kabupaten Pati ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan emik (berusaha memahami perilaku individu atau masyarakat dari sudut pandang si perilaku sendiri atau anggota masyarakat yang bersangkutan).  Sumber data utama dalam penelitian ini berasal dari human sources dan non human sources, yaitu Pak Anshor (guru SKI MTS. Sunan Prawoto), Pak Irsyad (moden Desa Prawoto), Pak Zaroni (warga Desa Prawoto), Pak Aris Triyanto (guru Bahasa Jawa MTS. Sunan Prawoto). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan berperan serta dan wawancara mendalam. Analisis data dilakukan sejak pengumpulan data dimulai sampai pengumpulan data selesai dengan cara analisis induktif. Hasil penelitian ini menjelaskan berbagai aspek kajian. Pertama, sekilas tentang upacara mitoni yaitu suatu adat kebiasaan atau suatu upacara tradisional yang dilakukan pada bulan ke tujuh masa kehamilan seorang perempuan. Upacara ini diselenggarakan untuk memohon keselamatan, baik bagi ibu yang mengandung maupun calon bayi yang akan dilahirkan. Kedua, rangkaian prosesi upacara mitoni yang terdiri dari pembacaan surat al-Qodr, surat al-Insyiroh, sholawat Maulayasholli, Do’a, pembagian berkat berupa Kupat yang sudah dibelah, Lepet, Alu-alu, Pasung, Janur, Bedak, daun pandan, jarum, Nasi kuning, dan pisang, dan jagong bareng. Ketiga, nilai filosofis upacara mitoni yang pada intinya sebagai tanda pengingat/syukur kepada Allah atas nikmat yang telah diberikan, bershodaqoh dan meminta keselamatan untuk calon bayi yang akan lahir beserta keluarga dari berbagai macam bahaya. Keempat, Fungsi upacara mitoni yang terbagi menjadi tiga yaitu, fungsi ritual, fungsi sosial, fungsi pelestarian tradisi. Fungsi ritual bertujuan untuk memohon keselamatan untuk jabang bayi  dan keluarganya, memohon supaya kelak anak yang lahir dapat berguna bagi nusa, bangsa, dan agama, sebagai pengingat untuk selalu bersyukur kepada Allah atas curahan nikmat yang telah dilimpahkan kepada keluarga yang mepunyai hajat dan sebagai sarana menambah keimanan kepada Allah. Fungsi sosial merupakan fungsi yang berkaitan dengan sarana untuk melakukan interaksi dan komunikasi antar warga masyarakat tersebut, yang mana fungsi ini dapat menjadi sarana silaturahmidan sarana untuk bergotong royong. Fungsi pelestarian tradisi Merupakan fungsi yang berkaitan dengan perlindungan terhadap adat kebiasaan turun-temurun yang masih dilaksanakan oleh masyarakat.

Kata Kunci: Mitoni, Nilai Filosofis, Fungsi



A.      Pendahuluan
Masyarakat Jawa pada dasarnya adalah masyarakat yang masih mempertahankan budaya dan upacara tradisional, serta ritual apapun yang berhubungan dengan peristiwa alam atau bencana, yang masih dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dalam upacara masa kehamilan, kelahiran, masa anak-anak, masa remaja, masa perkawinan, dan masa kematian. Upacara tradisional yang dimaksud disini adalah upacara mitoni atau tingkeban[1]. Mitoni umumnya adalah upacara yang diselenggarakan ketika kandungan seorang calon ibu memasuki usia tujuh bulan dan merupakan anak pertama. Mitoni ini merupakan suatu adat kebiasaan atau suatu upacara tradisional yang dilakukan pada bulan ke tujuh masa kehamilan seorang perempuan. Upacara ini diselenggarakan untuk memohon keselamatan, baik bagi ibu yang mengandung maupun calon bayi yang akan dilahirkan. Umumnya  masyarakat Jawa dalam menyelenggarakan mitoni dilakukan serangkaian upacara diantaranya bancaan dan doa besama.
Penyelenggaraan upacara masa kehamilan secara teknis, dilaksanakan oleh anggota keluarga yang dipimpin oleh mbah modin. Modin secara tradisional adalah seorang laki-laki sesepuh desa yang mengurusi, menyiapkan, dan membinan kegiatan dibidang agama, atau secara simpel bisa dikatakan sebagai orang yang sering memimpin doa suatu acara desa.
Begitu juga dengan masyarakat di Desa Prawoto, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati. Keadaan Desa Prawoto yang sudah bisa dibilang maju dalam keadaan perekonomian masyarakatnya, tetapi masyarakat setempat masih melestarikan upacara mitoni. Masyarakat masih percaya bahwa kandungan yang telah berusia tujuh bulan atau dalam bahasa Jawa disebut pitu harus mengadakan selamatan. Walaupun upacara tradisional mitoni sudah dianggap tidak lazim apabila dikaitkan dengan perkembangan zaman, masyarakat setempat percaya bahwa upacara mitoni perlu dilaksanakan.
Hal yang penting untuk mempersiapkan upacara mitoni adalah aneka macam berkat/jajanan dan doa bersama. Semuanya itu memerlukan biaya yang tidak sedikit. Berkat/jajanan merupakan suatu perlengkapan yang digunakan sebagai sarana bersyukur atas nikamat yang telah diberikan oleh Allah. Setiap kegiatan upacara tradisional dan selamatan biasanya melibatkan simbol-simbol atau lambang yang merupakan satu kesatuan. Pada umumnya Berkat/jajanan tersebut merupakan satu rangkaian perangkat lambang-lambang yang bisa berupa benda-benda atau materi, kejadian fisik, dan bagian-bagian atau situasi tertentu dalam keseluruhan upacara. Simbol-simbol dalam upacara yang diselenggarakan berperan sebagai media untuk menunjukkan secara tidak langsung maksud dan tujuan upacara oleh masyarakat pendukungnya. Dalam simbol-simbol tersebut terdapat petunjuk pesan dari leluhur bagi generasi berikutnya. Pesan dari makna simbol tersebut dapat dilihat dari rangkaian acara dan berkat/jajanan yang digunakan. Setiap rangkaian acara dan berkat/jajanan yang digunakan memiliki nilai filosofi sendiri-sendiri[2]. Hal inilah yang menjadikan peneliti memiliki keinginan untuk meneliti tentang nilai-nilai filosofi yang terkandung dalam upacara daur hidup mitoni.
B.       Sekilas Tentang Mitoni
Upacara mitoni merupakan salah satu bentuk upacra adat jawa yang artinya tujuh bulan dari kehamilan istri. Arti dari mitoni itu sendiri berasal dari pitu yang artinya tutup. Maksut dari tutup itu adalah kebiasaan suami mengumpuli sang istri, ketika kehamilan berumur tujuh bulan maka sang suami libur/tutup dalam mengumpuli sang istri. Upacara mitoni pada umumnya terdiri atas serangkaian kegiatan inti meliputi: Selamatan upacara mandi (siraman) dan upacara berganti pakaian tujuh kali. Berbeda dengan pelaksanaan yang ada di Desa Prawoto Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati, ada keunikan/ciri khas tersendiri dari rangkaian kegiatannya juga makanan (berkat) yang di sajikan. Rangkaian kegiatan tradisi tersebut sebenarnya merupakan serangkaian simbol yang mengandung nilai-nilai etik yaitu: kesederhanaan, kebahagiaan lahir batin, kesempuranaan hidup, kesucian batin, pengakuan adanya kekuatan yang lebih tinggi, kerendahan hati dan kebijaksanaan
 Tradisi seperti ini merupakan tradisi warisan dari Wali Songo yang dikemas dengan apik dan berbeda dengan bancaan lainyya seperti tujuh hari empat puluh hari dan bancaan lainya , baik itu makanannya maupun acaranya. Upacara yang sudah ada dari dulu tersebut sampai saat ini masih tetap dilaksanakan untuk ibu yang sedang mengandung anak pertamanya pada bulan ketujuh kehamilan, yang dalam acara ini biasanya ada tradisi bancaan (tasyakuran).
Bancaan merupakan adat jawa yang masih kental dengan tradisi jawa, bancaan sendiri diambil dari kata hurmatan artinya adalah mensyukuri atas ni’mat Allah yang diberikan kepada hamba-Nya, sehingga hamba itu berkewajiban untuk mensyukurinya. Makna bancaan mitoni adalah bancaan/syukuran atas kehamilan sang istri yang berumur tujuh bulan, dikarenakan ketika kehamilan berumur tujuh bulan merupakan sempurna-sempurnanya kehamilan, maka dari itu kebiasaan bancaan mitoni di Desa Prawoto tetap dilestarikan sebagai perwujudan rasa syukur kepada Allah SWT atas karunia dan keni’matan yang berupa kehamilan. Bancaan juga dimaksutkan semoga ibu serta bayi yang lahir bisa selamat normal atas pertolongan Allah SWT.
C.      Rangkaian Upacara Mitoni
Ritus-ritus atau upacara yang dilakukan manusia itu pada umumnya untuk memuja, menghormati, dan memohon keselamatan Allah yang merupakan kelakuan simbolis manusia untuk berdo’a memohon keselamatan  bagi si jabang bayi semoga kelak dewasa menjadi manusia yang taat pada perintah Allah dan patuh kepada kedua orang tua serta berguna bagi nusa dan bangsa. Simbol-simbol ini kemudian diatur oleh adat yang berlaku, yang mana dalam visualisasinya ritus-ritus itu selalu disertai dengan doa pembagian berkat (bancaan).
Acara bancaan mitoni di Desa Prawoto adatnya dilaksanakan pada dua tahapan yaitu, pertama, acara mitoni yang dilaksanakan oleh keluarga pihak suami pada tanggal tujuh bulan ketujuh dari kehamilan sang istri. Kedua, acara Toni yang dilaksanakan oleh keluarga pihak istri pada tanggal dua puluh empat dari bulan ketujuh kehamilan.
Acara ini biasanya dihadiri oleh tetangga dan keluarga terdekat yang mendapat undangan dari seseorang yang mempunyai hajat. Acara bancaan mitoni di Desa Prawoto ini sangat berbeda  pada umumnya, baik dari segi pelaksanaan maupun hidangannya atau bisa dikatakan mowo deso mowo coro (beda desa beda caranya) . Acara yang di pakai dalam bancaan mitoni di Dasa Prawoto yaitu:
1.        Membaca surat al-Qodr           1 kali
2.        Membaca surat al-Insyiroh      1 kali
3.        Membaca Maulayasholli          1 kali
4.        Do’a
Filosofi dari bacaan-bacaan tersebut adalah:
1.    Surat al-Qodr maksutnya adalah dilihat dari segi isi surat Al-Qodr merupakan turunnya Lailatul Qodar, yang mana Lailatul Qodar sendiri adalah keistimewaan/karunia yang diberikan oleh Allah kepada hambanya yang bertaqwa. Ketika di hubungkan dengan kehamilan, maka kehamilan itu tidak begitu mudah didapatkan oleh pasangan suami istri, terkadang ada yang sampai berpuluh-puluh tahun tidak punya anak. Maka dengan bacaan surat al-Qodr itu merupakan rasa syukur pasangan suami istri karena telah diberikan titipan berupa anak.
2.    Surat al-Insyiroh maksutnya adalah semoga kedepannya diberikan kemudahan oleh Allah dalam membimbing keluarga dan anak nya, dan dalam prosesi melahirkan di berikan keselamatan dan kesehatan, serta dalam lidungan Allah SWT.
3.    Sholawat Maulayasholli maksutnya adalah mengharap Syafa’at Rasulullah SAW, semoga keluarga dan anaknya mendapatkan Syafaat-Nya di dunia dan di akhirat.
4.    Do’a merupakan permintaan hamba kepada Allah semoga anak nya dan keluarganya diberikan kemudahan, baik itu dalam keduniawian atau ukhrowi.
Ada sebuah keunikan atau ciri khas tersendiri dari makanan (berkat) yang dihidangkan di Desa Prawoto ini yang berbeda dengan daerah-daerah yang lain, adapun isi dari makanan (berkat) itu ada sepuluh macam yaitu: Kupat yang sudah dibelah, Lepet, Alu-alu, Pasung, Janur, Bedak, daun pandan, jarum, Nasi kuning, dan pisang.
Filosofi dari makanan itu adalah:
1.        Kupat yang sudah dibelah artinya dalam bahasa jawa yaitu disuruh ngaku lepat (menyadari semua kesalahan) kepada Allah dan manusia, maksut dari kupat yang dibelah semoga dalam prosesi melahirkan diberikan kemudahan dan suami dianjurkan untuk Riyadhoh/Riyalat seperti puasa, memperbanyak dzikir kepada Allah dan hati-hati dalam segala tingkah lakunya, Karena dalam prosesi melahirkan itu nyawa sudah diujung tanduk, kalau tidak dibantu dengan do’a atau Riyadhoh dikhawatirkan nyawa dari istri dan anak tidak terselamatkan.
2.        Lepet maksutnya adalah kabeh opo-opo kudu disilep kanti rapet artinya didalam rumah tangga harus saling menutupi segala sesuatu yang menjadi rahasia keluarga (tidak menceritakan kepada semua orang atas rahasia keluarga).
3.        Alu-alu merupakan firasat jawa menunjukkan laki-laki.
4.        Pasung merupakan firasat jawa menunjukkan perempuan.
5.        Janur berasal dari bahasa Arab jaa nurun yang mempunyai arti cahaya yang datang. Dengan janur ini semoga kelak anak yang lahir hatinya selalu terang dengan datangnya nur dari Allah SWT.
6.        Jarum mengandung makna semoga kelak anak yang lahir mempunyai akal yang lancip maksutnya cerdas dan pintar seperti halnya ujung jarum yang bentuknya lancip.
7.        Bedak artinya semoga kelak anaknya yang lahir itu jika laki-laki semoga wajahnya ganteng kalau cewek wajahnya cantik.
8.        Daun pandan maksutnya semoga kelak anak yang lahir itu baunya wangi seperti daun pandan. Kenapa dengan daun pandan? Karena daun pandan di masyarakat jawa merupakan daun yang wangi.
9.        Pisang dan nasi kuning sebagai tambahan yang artinya semoga kelak anak yang lahir wajahnya bagus.
10.    Nasi kuning memiliki makna kemakmuran, semoga si bayi kelak memiliki keberuntungan berupa kehidupan yang makmur.
D.      Nilai Filosofis Upacara Mitoni
Upacara mitoni ini merupakan suatu adat kebiasaan atau suatu upacara yang umumnya dilakukan pada bulan ke tujuh masa kehamilan pertama seorang perempuan yang memiliki makna sebagai pepenget (pengingat) dan rasa syukur atas nikmat yang di berikan oleh Allah berupa bayi yang masih diberikan kesehatan dan keselamatan sejak bula pertam kehamilan sampai pada bulan ketujuh masa kehamilan. Pelaksanaan upacara mitoni ini bertujuan agar embrio dalam kandungan dan ibu yang mengandung senantiasa memperoleh keselamatan[3]. Pernyataan tersebut sesuai dengan informasi bapak Ansor:
Nggih acoro mitoni niku wau umumipun dilaksanaaken wulan kehamilan kepitu  ingdalem mongso kehamilan pertama tiang estri, kagem sarono pepenget soho raosan syukur, dhumateng nikmat engkang sampun diparengaken Allah kagem keluargo arupi jabang bayi engkang tasih dipun paringi kesehatan soho keselamatan mboten wonten alangan nopo nopo”
Ya, acara mitoni umumnya dilaksanakan bulan ketujuh masa kehamilan pertama sang istri, sebagai sarana syukur kepada nikmat Allah yang sudah diberikan untuk keluarga berupa bayi yang masih diberi kesehatan dan keselamatan tidak ada halangan apapun.
Orang Jawa menamai usia kehamilan tujuh bulan dengan nama Sapta Kawasa Jati. Sapta berarti tujuh, kawasa berarti kekuasaan, dan jati yang berarti nyata. Pengertiannya adalah jika Yang Maha Kuasa menghendaki, bisa saja pada bulan ketujuh bayi lahir sehat dan sempurna. Bayi yang lahir tujuh bulan sudah dianggap matang alias bukan premature, hal ini sesuai pernyataan bapak Aris Triyanto:
Sapta kuwi artine pitu, kawasa kuwi kekuasaan, lan jati kuwi artine nyata. Menawa digabung artine yaiku menawa ingkang Kuasa sampun ngersakake saget kemawon jabang bayi menika lair kanthi waras slamet.”
 Sapta itu artinya tujuh, kawasa itu kekuasaan, dan jati itu artinya nyata. Apabila digabung artinya yaitu apabila yang Kuasa sudah menghendaki bisa saja bayi tersebut lahir dengan selamat.”
Menurut Bapak Zaroni (warga Desa Prawoto) salah satu inti dari upacara mitoni adalah shodaqoh yang bertujuan untuk tolak balak supaya calon bayi diberikan keselamatan mulai dari kandungan, kelahiran, sampai dengan kehidupan di dunia serta dijauhkan dari mara bahaya yang menimpa si bayi.
E.       Fungsi Upacara Mitoni
Warga masyarakat Desa Prawoto Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati masih memegang teguh adat kebiasaaan, salah satunya yaitu upacara mitoni. Mereka masih melestarikan tradisi yang telah diturunkan secara turun-temurun. Setiap upacara adat pasti memiliki fungsi tertentu bagi masyarakat pendukungnya[4]. Fungsi upacara daur hidup mitoni adalah sebagai berikut, a) fungsi ritual, b) fungsi sosial, dan c) fungsi pelestarian tradisi. Hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
1.         Fungsi ritual
Fungsi ritual merupakan fungsi yang berkaitan dengan ritus atau upacara keagamaan[5]. Upacara mitoni mempunyai fungsi ritual karena upacara tersebut bersifat sakral. Kesakralan tersebut terdapat pada saat pelaksanaan upacara mitoni, yaitu salah satunya pada saat mbah modin memimpin pembacaan ayat-ayat al-Qur’an, sholawat, dan juga do’a yang bertujuan memohon atau meminta keselamatan, dan mendoakan arwah leluhurnya dan jabang bayi.
Upacara mitoni dipercaya dapat memberikan keselamatan, kesehatan, dan kelancaran ketika akan melahirkan. Fungsi utama masyarakat Desa Prawoto dalam melaksanakan upacara mitoni adalah memohon keselamatan kepada Allah agar terhindar dari gangguan mara bahaya. Keterangan Pak Asror bahwa: “lha niku sampun dados adatipun teng mriki, wontenipun upacara mitoni kolo wau kangge tondo pengemut nikmatipun Allah engkang sampun dipun anugrahake dhumateng calon bayi soho keluarganipun supados calon bayi engkang lahir benjang sanget dados lare engkang sholih sholihah saget migunani nusa, bongso, lan agomo. Sak sanesipun niku, upacoro mitoni kolo wau sanget nambah kemantepan keluargo engkang gadah hajat kolo wau dhumateng waosan-waosan doa-doa engkang sampun dipun waosaken tamu undangan sedoyo, amergi doa meniko kuncine ibadah. Ananipun bancakan utawi tasyakuran soho waosan doa ingdalem rangkaian upacoro mitoni meniko ugi saget dadosaken tambahe iman kitho dhumateng Allah Soho tabarukkan sangkeng tasyakuran kolo wau.
“Upacara mitoni di Desa Prawoto sudah menjadi adat yang sudah berkembang di sini, adanya upacara tersebut sebagai tanda pengingat atas nikmat Allah yang telah dianugrahkan kepada bayi dan keluarganya agar calon bayi natinya bisa menjadi anak yang sholih dan sholihah yang dapat berguna bagi Nusa, Bangsa, dan Agama. Selain itu, upacara mitoni bisa menambah kemntapan keluarga bayi yang mempunyai hajat atas doa-doa yang dibaca oleh semua tamu undangan, karena doa adalah kunci ibadah. Adanya bancakan atau tasyakuran juga Menjadi sarana tambahnya iman kita kepada Allah”.
Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, dapat diketahui bahwa fungsi ritual upacara mitoni pada dasarnya adalah:
1.    Memohon keselamatan untuk jabang bayi  dan keluarganya.
2.    Memohon supaya kalk anak yang lahir dapat berguna bagi Nusa, Bangsa, dan Agama.
3.    Sebagai pengingat untuk selalu bersyukur kepada Allah atas curahan nikmat yang telah dilimpahkan kepada keluarga yang mepunyai hajat.
4.    Sebagai sarana menambah keimanan kepada Allah.

2.         Fungsi sosial
Fungsi sosial merupakan fungsi yang berkaitan dengan sarana untuk melakukan interaksi dan komunikasi antar warga masyarakat tersebut. Komunikasi dalam penyelenggaraan upacara mitoni berfungsi sebagai sarana untuk meningkatkan hubungan sosial di antara warga masyarakat[6]. Hubungan sosial terlihat pada saat acara bancaan mitoni. Fungsi sosial acara bancaan mitoni ini ada beberapa macam, antara lain:
a.    Sarana silaturahmi
Acara bancaan mitoni ini sebagai sarana silaturahmi antar warga masyarakat di sekitar rumah penyelenggara upacara mitoni. Fungsi sebagai sarana silaturahmi, sebagaimana keterangan Bapak Irsyad:
Nggih fungsinipun kagem silaturahmi kelehan tangga teparo mas. Engkang biasanipun sibuk keluh pekerjaanipin, banjur saget sami lengah bareng soho sami ngobrol-ngobrol.”
“Ya fungsinya untuk silaturahmi dengan tetangga sekitar mas. biasanya pada sibuk bekerja, lalu bisa duduk bersama dan saling ngobrol”.
Selain itu, acara bancaan mitoni ini sebagai suatu bentuk penyampaian informasi yang berkenaan dengan segala permasalahan yang sedang berkembang atau menjadi masalah publik di masyarakat. Apabila ada warga masyarakat yang belum tahu dengan informasi tersebut, menjadi tahu dan bisa bersama-sama bermusyawarah untuk mencari jalan keluarnya, sebagaimana keterangan Bapak Anshor:
Nggih menawi teng bancakan kolo wau, masyarakat sami kempal soho lengah bareng, sanget ngobrol lan saget sami rambukan menopo engkang dados permasalahan wonten dhusun mriki.
“Ya dalam acara bancan ini, masyarakat dapat berkumpul, duduk bersama, saling berbincang-bincang dan bermusyawarah tentang masalah yang ada di desa ini”. Keterangan Bapak Anshor menjelaskan bahwa dengan adanya upacara mitoni dapat dijadikan sebagai sarana untuk mempersatukan rasa persaudaraan dan keakraban di antara warga masyarakat.
b.    Sarana gotong royong
Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri. Manusia dianjurkan untuk hidup saling tolong menolong. Hal ini salah satunya dapat dilakukan dengan cara bergotong royong. upacara mitoni sebagai suatu sarana gotong-royong karena dalam acara tersebut, sebagian tetangga sekitar rumah yang mempunyai hajat membersihkan rumah dan membeli perlengkapan untuk acara tersebut.
Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut di atas, dapat diketahui bahwa fungsi sosial upacara daur hidup mitoni adalah sebagai sarana kontrol social (pengendalian sosial), kontak sosial, dan interaksi antar warga masyarakatnya[7]. Hal ini bisa mewujudkan rasa kebersamaan, persatuan, dan solidaritas antar warga masyarakat.
3.         Fungsi pelestarian tradisi
Merupakan fungsi yang berkaitan dengan perlindungan terhadap adat kebiasaan turun-temurun yang masih dilaksanakan oleh masyarakat. Menurut beberapa informan, upacara mitoni selalu diadakan dan belum pernah ditinggalkan, sebagaimana keterangan Pak Irsyad:
Upacara mitoni menika sampun ket riyin mas. Pun kawit jamane simbah-simbahe kula sampun wonten upacara mitoni ngantos sakmeniko taksih wonten upacara mitoni”.
“Upacara mitoni itu sudah sejak dulu mas. Sudah sejak jamannya simbah-simbahsaya sudah ada upacara mitoni sampai sekarang masih ada upacara mitoni.”
Pelaksanaan upacara mitoni tersebut didalamnya terdapat pelestarian tradisi karena upacara tersebut pasti dilaksanakan ketika ada calon ibu yang tengah hamil pada usia kandungan masuk tujuh bulan. Berdasarkan simbol dan makna beberapa sajen upacara daur hidup mitoni, maka tujuan utama upacara daur hidup mitoni adalah untuk memohon atau mengharapkan keselamatan kepada wanita yang mengandung, dan calon bayi yang dikandungnya  akan lahir dengan selamat. Begitu juga pada prosesi upacara mitoni.
Berdasarkan pengintepretasian simbol-simbol itu, maka terlihat adanya dua arah hubungan yang dilakukan oleh masyarakat Jawa, yaitu hubungan hubungan manusia dengan Tuhan di mana sebagai tempat untuk memohon keselamatan dan hubungan antara manusia dengan sesama manusia di dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga keharmonisan dan ketentraman.











DAFTAR PUSTAKA
Mardikaningtyas, Agustin Dwi, Prosesi Adat Mitoni, Surakarta, 2008.
Mu’amar, M. Arfan, Abdul Wahid Hasan, dkk, Studi Islam, Diva Press, Jakarta, 2008.
Prabawa, Benny, Nilai Filosofi Upacara Daur Hidup Mitoni, Yogyakarta, 2012.
Sektioningsih, Muchibba, Adopsi Ajaran Islam Dalam Ritual Mitoni, Yogyakarta, 2009.
Selania, Aldy, Muhammad Daniel Safira, Tradisi Mapati dan Mitoni Masyarakat Jawa Islam, Jember.
Soekarto, Soejono, Sosiologi Suatu Pengantar, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013.
















LAMPIRAN
                                                                                                                                                       
                     ( 1 )                                                          ( 2 )
                                
                      ( 3 )                                                              ( 4 )
      Description: Description: Description: D:\DSC_0685.jpg                  Description: Description: Description: C:\Users\lenovol\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\IMG20161127221909.jpg      
                        ( 5 )                                                             ( 6 )
(1)   : Bapak Anshor ( guru SKI MTS Sunan Prawoto )
(2)   : Bapak  Zaroni ( warga Desa Prawoto )
(3)   : Bapak Irsyad ( modin Desa Prawoto )
(4)   : Bapak Aris Triyanto (GuruBahasa Jawa Mts. Sunan Prawoto)
(5)   dan (6) : Berkat dan bacaan doa



[1] Muchibbah Sektioningsih, Adopsi Ajaran Islam Dalam Ritual Mitoni, Yogyakarta, 2009, hlm: 1-2
[2] Benny Prabawa, Nilai Filosofi Upacara Daur Hidup Mitoni, Yogyakarta, 2012, hlm: 40
[3] Agustin Dwi Mardikaningtyas, Prosesi Adat Mitoni, Surakarta, 2008, hlm: 2
[4] Aldy Selania, Muhammad Daniel Safira, Tradisi Mapati dan Mitoni Masyarakat Jawa Islam, Jember, hlm: 25
[5] M. Arfan Mu’amar, Abdul Wahid Hasan, dkk, Studi Islam, Diva Press, Jakarta, 2008, hlm:305
[6] Soejono Soekarto, Sosiologi Suatu Pengantar, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm: 28

[7] Soejono Soekarto, Sosiologi Suatu Pengantar, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm: 28